Kebudayaan Yaman
Kebudayaan dan Tradisi Yaman
Latar Belakang
Yaman adalah
sebuah negara republik dengan luas 527.970 km2 dengan ibu kota Sana`a. Bahasa
resmi yang digunakan di Negara Yaman adalah bahasa Arab. Secara geografis,
Yaman berada dikawasan yang cukup strategis. Berikut batas-batas negara Yaman:
o sebelah barat :
berbatasan dengan teluk aden dan Laut Merah
o sebelah utara :
berbatasan dengan Arab Saudi
o sebelah timur :
berbatasan dengan Oman
o sebelah selatan :
Laut Arab
Sejarah
Yaman
dikenal juga dengan sebutan “Arabia Felix” (Arab Sejahtera). Sebutan tersebut
melekat pada Yaman karena pada saat itu Hadramaut merupakan kawasan yang kaya
apabila dibandingkan dengan jazirah Arab lainnya. Dikawasan ini pula terdapat
puncak tertinggi dari pegunungan Arab yakni Jabal Bani Shaib. Di daerah
pegunungan banyak terdapat dataran-dataran tinggi yang subur yang digunakan
untuk pertanian. Lokasi geografis Yaman menguntungkan karena merupakan
satu-satunya negara Arab yang menerima curah hujan yang substansial dan
teratur. Bukan hanya itu saja, Yaman juga memiliki lembah hijau di kawasan
Rasyan, Kepulauan Socotra yang dianggap merupakan kawasan taman nasional
terbesar di Timur-tengah. Pada mulanya Yaman terbagi atas Yaman selatan dan
Yaman Utara. Akan tetapi pada 22 mei 1992 mereka bersatu untuk membentuk negara
Republik Yaman seperti yang kita kenal saat ini.
Tradisi Hari Raya Yaman dengan Indonesia
Tradisi yang kontras antara Yaman dengan Indonesia bisa
dilihat pada saat perayaan Hari Raya
Idul Fitri. Sebutan khas untuk hari raya Idul Fitri di Indonesia dikenal
dengan sebutan Lebaran. Biasanya masyarakat Indonesia mempersiapkan lebaran
jauh sebelum perayaan Idul Fitri ini dilaksanakan. Berbagai lapisan masyarakat
Indonesia baik pelajar, karyawan, pejabat pemerintah, maupun orang yang
memiliki profesi penting lainnya yang berdomisili diluar daerah tempat tinggal
keluarganya berbondong-bondong untuk merayakan lebaran bersama keluarga mereka
di kampung masing-masing. Istilah pulang kampung ini lebih popular dengan
sebutan mudik, bahkan hingga saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang
memberikan jasa pelayanan mudik gratis berkaitan dengan kentalnya tradisi mudik
di Indonesia.
Makanan
Selama
perayaan, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah
ketupat, sedikit berbeda dengan makanan
yang di hidangkan di Hadramaut salahsatu provinsi di Yaman bagian selatan.
Jika di Negara Indonesia makanan yang popular pada saat perayaan Idul fitri
adalah ketupat maka di Hadramaut makanan yang biasa dihidangkan adalah berupa
kue, daging domba dicampur dengan sayur-sayuran dan nasi mandy.
Tradisi Perayaan setelah Sholat ied
Setelah
melalui rangkaian shalat Ied biasanya masyarakat berkunjung ke rumah-rumah
tetangga ataupun saudaranya untuk bersilaturahmi (halal bi-halal). Demikian
gambaran umum mengenai perayaan idul Fitri di Indonesia. Berbeda dengan
perayaan Idul Fitri di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Yaman justru relatif
sepi dan berkesan biasa saja. Jika di Indonesia menjelang lebaran suasananya
begitu meriah, mulai dari takbir yang menggema di mana-mana, genderang bedug
yang bertalu-talu, penganan yang berlimpah, silaturahmi yang tiada henti hingga
ritual halal bihalal bahkan Idul Fitri menjadi salah satu hari libur Nasional,
maka di Yaman menjelang hari raya Idul Fitri tak ada kue yang disiapkan di meja
untuk menyambut tamu sebagaimana lazimnya di Indonesia, bahkan budaya
silaturahmi terhadap tetangga atau kerabat dekatpun tidak dijumpai. Situasi
pasca-rangkaian ibadah Ied pun relatif lebih tenang dibandingkan dengan
hari-hari biasa karena mereka cenderung memilih untuk berkumpul bersama keluarga
masing-masing di rumah. Akan tetapi meskipun demikian, tidak semua wilayah
Yaman memiliki tradisi seperti diatas.
Pakaian
Ada
diantaranya suatu wilayah di Yaman bagian selatan yakni Provinsi Hadramaut
memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam hal tradisi perayaan Idul Fitri.
Lazimnya warga Indonesia yang merayakan labaran dengan memakai pakaian yang
serba baru, warga Hadramaut juga membeli beberapa potong pakaian untuk lebaran.
Bedanya, jika masyarakat Indonesia jauh-jauh hari sudah mempersiapkannnya, warga
Hadhramaut justru baru membelinya malam lebaran. Sehingga akibat dari adanya
tradisi tersebut, pada malam lebaran jalanan di beberapa kota di Hadramaut akan
macet total. Bukan macet karena disebabkan takbir keliling seperti di
Indonesia. Namun, kemacetan tersebut timbul karena hampir semua warga Hadramaut
pergi ke kota untuk membeli pakaian hari raya. Pasar-pasar kota akan penuh oleh
penduduk sampai menjelang subuh. Pagi harinya, pakaian yang telah mereka beli
tersebut di pakai tanpa lebih dulu menanggalkan cap yang tertempel di pakaian
yang mereka beli sehingga siapapun akan tahu merek baju dan sarung yang mereka
beli lengkap dengan bandrol harga yang tertempel.
Sarung telah
menjadi pakaian tradisional masyarakat Yaman. Tradisi penggunaan sarung telah
melekat kuat bagi masyarakat Yaman sejak dari dulu hingga saat dan menjadi
identitas tersendiri bagi mereka. Bahkan sarung menjadi bagian dari seragam
dinas kepemerintahan. Di Yaman petugas keamanan, petugas administrasi, pejabat
pemerintah diperbolehkan menggunakan sarung ketika bertugas. Bahkan, hingga saat ini sarung Yaman menjadi salah
satu oleh-oleh khas tradisional dari Yaman. Berbeda dengan Indonesia sarung
menjadi salah satu pakaian tradisi Muslim di Indonesia untuk melakukan
rangkaian kegiatan peribadatan, misalnya : pakaian untuk sholat, pergi ke
masjid, pergi tahlilan ke tempat saudara maupun teman yang meninggal, dan
memperingati hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Di Yaman sendiri
sarung disebut dengan futah.
Sebagaimana
halnya kebiasaan memakai sarung, masyarakat Yaman juga terbiasa mengenakan jas
dan Jambiya dalam kesehariannya. Petugas keamanan atau pedagang kaki lima juga
sudah terbiasa mengenakan jas sewaktu menjajakan dagangan mereka. Oleh karena
saking terbiasanya penduduk Yaman mengenakan jas, maka pakaian inipun dijual
dipinggir-pinggir jalan oleh banyak pedagang kaki lima. Selain itu, ada pula
jas yang dijual di toko atau butik-butik dan tentunya dengan harga yang
relatife lebih mahal. Jambiya adalah sebilah pisau atau belati yang dibelitkan
pada sebuah sabuk. Jambiya selalu diletakkan di bagian depan badan, dan tidak
pernah diletakkan di bagian belakang sebagaimana keris dalam tradisi Jawa.
Jambiya merupakan salahsatu ciri khas budaya pada pakaian tradisional Yaman.
Kita bisa menemukan Jambiya di banyak tempat baik di pedagang kaki lima hingga
di toko-toko seperti halnya jas. Hal ini bukan berarti menggambarkan bahwa
disana adalah negara yang tidak aman dan sering terjadi kejahatan sehingga
membutuhkan peralatan sebagai perlindungan. Akan tetapi, jambiya biasanya hanya
menjadi simbol kejantanan seorang laki-laki. Mereka menganggap jambiya ini
hanya sekadar senjata hiasan saja.
Pakaian khas
wanita di Negara Yaman adalah berwarna hitam dan menutupi seluruh tubuhnya
kecuali tampak bagian mata dan telapak tangan. Akan sulit ditemukan seorang
wanita dengan pakaian yang warna-warni apalagi yang mengumbar bagian tubuhnya.
Keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi orang-orang yang
berada di Yaman baik laki-laki maupun perempuan.
Keunikan Yaman
Banyak
terdapat keunikan dan kekhasan dari budaya dan tradisi penduduk Yaman.
Salahsatu yang paling menonjol adalah kebiasaan mengkonsumsi suatu jenis
dedaunan yang bernama qat. Biasanya mereka mengunyah dedaunan ini pada sore
hari. Meskipun dalam kadar yang relatif kecil, dedaunan ini ternyata memiliki
sedikit efek psikotropika. Akan tetapi efeknya tidak begitu berbahaya namun
sudah pasti menyebabkan efek kecanduan. Mereka mengkonsumsi dedaunan (qat) ini
untuk meningkatkan gairah kerja dan membuat mereka tidak mudah lelah. Ketika
seseorang sedang mengunyah dedaunan ini, salah satu bagian pipinya kelihatan
menggelembung, seperti orang yang sedang mengulum sebuah permen sebesar bola
pingpong. Biasanya pada sore hari banyak terlihat pemuda berkeliaran dengan
pipinya menggelembung. Ini berarti bahwa mereka mengkonsumsi daun qat tersebut.
Dedaunan ini legal untuk dikonsumsi di Yaman. Ketika seseorang sedang mengunyah
dedaunan ini, salah satu bagian pipinya kelihatan menggelembung, seperti orang
yang sedang mengulum sebuah permen sebesar bola pingpong. Biasanya pada sore
hari banyak terlihat pemuda berkeliaran dengan pipinya menggelembung. Ini
berarti bahwa mereka mengkonsumsi daun qat tersebut. Makanan pokok tradisional
Yaman adalah sorgum. Selain itu mereka menggunakan lentil dan kacang polong
sebagai makanan pengganti sorgum. Sebagaiman lazimnya mereka makan tiga kali
dalam satu hari. Pada saat sarapan biasanya mereka menyajikan teh dan roti yang
terbuat dari sorgum dan barley. Siang hari mereka biasanya menikmati minum
segelas teh atau kopi. Makan malam dengan bubur yang dibuat dari fenugreek
dengan daging, telur, sayuran, dan rempah-rempah yang disajikan panas diatas
mangkuk tanah liat.
Keunikan lain di Negara Yaman juga
bisa dijumpai di kota Tarim Al-Ghanna. Di kota ini syariat islam masih melekat
pada kaum wanita, berbeda dengan kehidupan wanita di wilayah lainnya yang sudah
terbiasa meninggalkan syariahnya. Kota yang besarnya tidak lebih dari luas
sebuah kecamatan di Indonesia ini memang sangat istimewa. Walaupun kecil namun
jumlah mesjidnya saja sangat banyak, kurang
lebih 365 buah, dan zawiyah-zawiyah yang makna asalnya adalah
pojok-pojok yang berfungsi sebagai tempat ibadah para ubbad (ahli ibadah).
Wanita-wanita Tarim sudah terbiasa dari sejak kecil dalam kesehariannya
berdiskusi tentang alqur`an, tasawwuf, adab, akhlak, dan ilmu agama lainnya.
Sedikit sekali pengetahuan mereka tentang musik, tindakan kriminal, karena
mereka dibesarkan dilingkungan para ulama yang penuh dengan kesahaajaan dan keramahtamahan
sehingga tercipta kehidupan yang tenang dan damai. Lebih dari hal tersebut
diatas, bahkan mereka tidak pernah melihat lelaki selain keluarga terdekatnya.
Oleh karena itu, ketika wanita tersebut menikah dengan seorang laki-laki adalah
wajar jika mereka merasa asing terkait dalam kehidupan kesehariannya sangat
jarang melakukan interaksi bahkan tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki
selain dari keluarga terdekatnya. Mereka tidak pernah menyusahkan suaminya,
demikian pula sebaliknya. Apabila makanan habis atau membutuhkan sesuatu,
mereka tidak berani mengutarakannya pada sang suamin karena khawatir suaminya
sedang tidak ada uang atau sedang sibuk. Maka untuk menyatakan bahwa sang istri
membutuhkan sesuatu maka cukup dengan memberikan satu tanda seperti meletakan
bungkusan kosong di meja atau dengan benda mencolok lainnya sehingga sang suami
mengerti terhadap maksud sang istri.
Demikianlah keharmonisan keluarga yang sudah melekat pada setiap keluarga di
sudut-sudut kota Tarim ini. Demikian pula keluhuran budi yang ditonjolkan oleh
wanita Tarim ini patut menjadi contoh bagi wanita-wanita di kota lainnya.
Pernikahan
Terlepas
dari pembahasan wanita Tarim, proses pernikahan di Yaman pada umumnya masih
tradisional. Pernikahan diatur oleh keluarga kerabat mempelai wanita yang
menyarankan pengantin potensi untuk dia dan ayahnya. Dalam kebanyakan kasus, ayah wanita tersebut
mengajukan beberapa pertanyaan tentang keinginan calon pengantin sebelum
kontrak pernikahan dipersiapkan. Ayah dari pengantin pria harus membayar mahar
dan keluarga pengantin wanita diharapkan dapat membantu ketika dibutuhkan.
Peraturan perkawinan di Yaman memungkinkan seorang laki-laki untuk menikahi
hingga empat istri jika ia memperlakukan mereka secara adil. Dalam stereotip
budaya, wanita dipandang lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini dipengaruhi
pula oleh salahsatu tugas pokok laki-laki sebagi tulang punggung keluarga,
penyedia keuangan keluarga, bertanggungjawab atas kesejahteraan dan prestise
keluarga sedangkan wanita sebagian besar hanya sebagai ibu rumah tangga saja
meskipun ada diantaranya beberapa wanita di perkotaan yang memiliki pekerjaan
dalam pendidikan dan kesehatan, dan lain-lain. Laki-laki maupun wanita dapat
meminta bercerai jika masing-masing pihak merasa tidak nyaman dalam kehidupan
berumah tangga sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila perceraian itu
diprakarsai oleh sang suami, maka mantan istri baru bisa kawin lagi setelah
empat bulan dan sepuluh hari. Apabila keduanya sudah mempunyai anak maka sampai
usia tujuh tahun anaknya tetap dengan ibu.
Ziarah
Penduduk
muslim Yaman sangat memperhatikan lima rukun islam dan seluruh rangkaian ibadah
puasa selama bulan Ramadhan. Hari libur yang berlaku secara umum adalah hari
jum`at. Sedangkan perayaan agama mencakup perayaan pada tanggal 27 Ramadhan
serta 1 Syawal (hari raya Iedul Fitri), Pesta Leser, Iedul Adha (hari raya
Qurban), peringatan Maulid nabi Muhammad SAW, peringatan kesyahidan Imam Husain
(10 muharram), peringatan Isra dan Mi`raj Nabi Muhammad SAW, dan ziarah kubur
yang menjadi ciri tersendiri bagi penduduk Yaman. Ziarah biasanya dilakukan
terhadap kuburan orang-orang kudus lokal. Berikut akan disajikan cara/proses
pemakaman oleh penduduk Yaman :
• Tubuh orang yang
meninggal dicuci/dimandikan
•
Diberikan/dioleskan minyak wewangian
• dibungkus dengan
kain kafan putih
• Almarhum harus
dimakamkan sebelum matahari terbenam.
Sudah menjadi tradisi bahwa pada saat hari kematian. Wanita tidak diperkenankan menemani jasad ke
kubur, hanya diperkenankan tinggal di luar kuburan. Selama tiga hari pertama berkabung, Al-Qur`an
dibaca dan kerabat serta teman-teman mengunjungi keluarga orang yang
meninggal. Peringatan kematian orang
meninggal biasanya diadakan pada hari ketujuh dan keempat puluh sesudah
kematian.
Pada umumnya,
budaya dan tradisi yang melekat pada penduduk dan atau negara Yaman sendiri
sama halnya dengan negara-negara Arab
lainnya baik dilihat dari gaya komunikasi, bahasa, peraturan transportasi, dan
sebagainya.
Untuk menegetahui lebih rinci mengenai budaya dan tradisi
negara-negara Arab, berikut ini disajikan data dan fakta budaya dan tradisi negar-negara Arab :
· Bahasa Arab
digunakan secara resmi oleh lebih dari 22 negara. Bahasa Arab dibagi menjadi
dua, yaitu: pertama, Bahasa Arab Fusha (bahasa arab standar baku/classical
Arabic), bahasa religius dan sastra yang diucapkan dan dituliskan secara
seragam di dunia Arab. Kedua, Bahasa Arab `Amiyah (bahasa arab pasaran) bahasa
Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic), bahasa lisan informal
yang berbeda-beda, tergantung dialek masing-masing daerah
· Komunikasi
non-verbal lebih sering digunakan oleh sebagian besar orang Arab.
· Cara bangsa Arab
berkomunikasi bersifat kultural.
· Orang Arab
biasanya berbicara berlebihan (hiperbol)
dan kerapkali berbasa-basi dalam
berdialog.
· Orang arab terbiasa
mengekspresikan perasaannya sejak kecil. Orang Arab terbiasa bersuara keras
untuk mengekspresikan kekuatan dan ketulusan. Bagi mereka, suara lemah dianggap
sebagai kelemahan atau tipu daya. Sering terjadi kesalahpahaman antarbudaya
jika orang Indonesia berkunjung ke negara Arab karena menurut orang Indonesia,
suara lantang menunjukkan kemarahan.
· Budaya / tradisi
masyarakat Arab mementingkan keramahtahaman terhadap tamu, kemurahan hati,
harga diri, kehormatan. Nilai kehormatan orang Arab sangat melekat pada
anggotanya terutama wanita yang tidak boleh diganggu oleh orang luar.
· Pengguna jalan umum
(kendaraan pribadi/umum)berada di jalur kanan.
· Bagi orang Saudi,
rumah merupakan tempat privasi yang tidak boleh sembarang orang masuk ke
dalamnya.
· Bergandengan tangan
sesama jenis merupakan ‘aib’.
· Rata rata orang
Saudi tidurnya justru pagi hari, bangunnya siang hari bahkan ada yang sampai
sore hari.
· Orang Indonesia
kalau bertemu dengan teman, atau kerabat biasanya salaman tangan, namun di
negara Arab dilakukan dengan beradu pipi kanan dan kiri sebanyak lebih tiga
kali, bahkan ada yang beradu hidung kalau bertemu, tergantung dengan siapa dia
bertemu.
Referensi : http://muftiramdlani.blogspot.com/2011/05/budaya-dan-tradisi-yaman.html
0 komentar: